Kamis, 04 September 2014

Al Quran sebagai Panduan Hidup Manusia



Adalah sudah menjadi suatu keharusan bagi kita umat Islam untuk melakukan pengkajian yang serius dan tak terputus dalam menggali pesan-pesan yang terkandung pada Al Qur’an, mengingat fungsinya sebagai petunjuk (huda), dalam bertindak (akhlak, praksis) dan berpikir (ilmu, teoritis), bagi umat manusia dalam mengarungi kehidupan. Kini Alhamdulillahi Rabbil’Aalamiin, kita telah diwariskan begitu banyak buku-buku penting mengenai Al Qur’an. Namun semangat para pendahulu (mufassir) dalam mengelaborasikan kandungan Al Qur’an tampaknya juga perlu diwarisi, atau lebih penting untuk dimiliki umat yang kemudian, karena inilah intinya
. Tak terbayangkan oleh kita bagaimana keadaan umat Islam tanpa adanya elan ini.

Rasulullah saw meninggal Al Qur’an kepada umatnya dengan susunan sebagaimana yang diajarkan malaikat Jibril as kepadanya. Dan kemudian, dalam perjalanan waktu terjadi penyempurnaan-penyempurnaan penulisan, tetapi dengan janji Allah bahwa Dia sendiri yang akan menjaganya (Qs. 15 : 9), sehingga kita tidak perlu menyangsikan keaslian Al Qur’an yang sampai ke tangan kita. Mungkin yang perlu kita khawatirkan adalah ketidak seriusan dan kedangkalan berpikir kita sebagai umat Islam untuk mengkaji dan mengkaji kembali Al Qur’an. Padahal sifat universal Al Qur’an membuatnya tetap relevan dikaji dari berbagai paradigm dan pendekatan, sampai kapanpun. Perlunya terus menggali kandungan Al Qur’an ini akan lebih tampak urgensinya bila mengingat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan manusia tentang ayat-ayat kauniah atau fenomena alam.

Dengan mendahulukan hidayah Allah dari ussaha-usaha yang telah Loekman Abdul Qahar Soemabrata (LAQS) sang penemu Paradigma Numerik Struktur Al Qur’an (PNSA) lakukan, Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin, sekarang mulai terkuaklah apa yang selama ini tersimpan dan tersembunyi dalam kandungan ilmu Al Qur’an namun masih terabaikan. Dan uraian di selanjutnya adalah sebagaian yang bida diutarakan, secara garis besar, aria pa-apa yang telah berhasil LAQS temukan.

Selasa, 02 September 2014

Materi Belajar Numerik AL Quran


PENGANTAR
Numerik Al Qur’an pertama sekali digagas oleh Bapak Lukman AQ Soemabrata (1933-1996). Dan dalam tempo yang relatif tidak lama, langsung saja pendekatan yang ditawarkannya disambut dengan antusias yang cukup tinggi. Mungkin karena Beliau memang berhasil menghadirkan sisi-sisi  lain dari Al Qur’an yang sama sekali kurang tampak selama ini.
“Perhatikan apa yang dikatakan Al Qur’an”, demikian seruan yang pernah disampaikan oleh Ali kw. Ternyata memang benar, banyak sekali hal yang dituturkan Al Qur’an. Hanya karena kurang kepedulian dan keterbatasan, manusia menjadi kurang dapat mendengar apa-apa yang dikatakan oleh Al Qur’an. Namun bila kian digali kian nyata, sesuai firman Allah:
“Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (Qs: 18, 109)
Mungkin karena sudah jenuh dengan segala pendekatan yang ada selama ini, terasa penggalian kedalaman makna ayat-ayat terasa hanya sampai di situ-situ saja. Tak tampak adanya penyegaran yang cukup berarti. Dan tanpa mengecilkan arti pendekatan verbal, pendekatan numerik terasa seakan membawa hawa baru yang ditunggu-tunggu.
Namun sebagai sesuatu yang baru, pendekatan numerik mudah mendapat penilaian negatif, dicurigai. Namun sejalan dengan bergulirnya waktu, pendekatan numerik tampak semakin mendapat tempat di hati pecinta Al Qur’an. Memang sudah menjadi karakter dasar Al Qur’an, ia akan selalu benar tanpa menunggu pengukuhan dari manusia. Dan pada saatnya, bila ayat-ayat dimaknai dengan cara-cara yang tak bertanggungjawab, maka semua usaha tersebut akan menjadi sia-sia, dan segera saja ditinggalkan orang. Ayat-ayat hanya akan mendapat pengukuhan dan penolakan, juga oleh ayatnya sendiri. Manusia hanya bisa mengambil pelajaran dan manfaat darinya.
Dan manusia yang berupaya mengerti makna Numerik Al Qur’an mungkin saja terpeleset. Namun bila ada kesungguhan, ia segera akan dapat mengoreksinya. Al Qur’an adalah imam, yang dengan segala kelebihannya, akan membimbing manusia dengan sungguh-sungguh apabila mau mempelajarinya. Tidak ada yang perlu sangat dicemaskan mengenai hal ini.
Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menerima koreksi bila terjadi pemaknaan yang dinilai telah melampui batas. Semua terjadi karena keterbatasan penulis yang masih belajar.
Di sisi lain, Lukman AQ Soemabrata, atau kami singkat menjadi LAQS, telah menunjukkan bahwa penemuannya mampu menghadirkan banyak hal. Tanpa deskripsi panjang lebar, menjadi teori baru, Beliau menyusun metode / struktur Al Qur’an ini dengan murid-muridnya yang bisa belajar dan mengaplikasikan sistem pola baca yang sudah disusunnya.
Numerik Al Qur’an (LAQS) paling tidak telah mengajukan dua hal, yaitu medis dan psikologi Qur’ani. Dua hal yang dikenal dalam dua disiplin ilmu umum: kedokteran dan psikologi, dalam lingkup akademis. Dalam pendekatan Numerik Al Qur’an, dua hal tersebut bersatu secara metodologis. Pada penerapan terapi penyembuhan (medis), seseorang akan dibacakan ayat-ayat disesuaikan dengan tipe masing-masing (psikologi).
Dalam kesempatan ini, dua hal tersebut tidak disampaikan, penulis hanya mengajukan sebuah paparan sederhana bagi pemula yang ingin berkenalan dengan Numerik Al Qur’an. Sebagian bahan diambil dari uraian yang pernah disampaikan oleh Bapak Lukman sendiri. Namun sebagian lagi oleh murid-muridnya, salah satunya adalah dari Bapak Iskandar Soemabrata, adik dan muridnya.
Bila ada kesempatan lain, mudah-mudahan tulisan ini masih akan disampaikan lagi menjadi sebuah rangkaian yang berseri. Insya’ Allah.